Tuesday, June 15, 2010

Capital Control Indonesia


Capital control diwacanakan oleh Bank Indonesia untuk diberlakukan di Indonesia untuk dapat menahan laju masuknya dana dari asing. Pendapat antara kalangan pemerintah dan pengusaha mengenai akibat dari kebijakan ini pun memiliki sudut pro kontra.

Bank Indonesia (BI) sendiri pernah melakukan capital control pada tahun 2008. Pada saat itu kondisi perekonomian dunia sedang guncang akibat adanya krisis yang dimulai dari Amerika.

Kebijakan BI pada waktu itu bertujuan untuk mengatur keseimbangan permintaan dan pasokan di pasar valuta asing, mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap nilai tukar rupiah, dan meminimalkan tujuan pembelian valuta asing yang bersifat spekulatif.

Kebijakan BI tersebut adalah berupa ketentuan mengenai pembelian valuta asing terhadap Rupiah kepada bank, namun lebih dikhususkan untuk pembelian diatas USD 100.000. Ini merupakan salah satu kebijakan BI yang tidak begitu mengikat terhadap capital control.

Jika melihat pada sisi pemerintah, maka kebijakan capital control merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan pada masa krisis.

Capital outflow merupakan hal yang sering terjadi ketika adanya krisis. Jika terjadi capital outflow, tentu saja hal ini akan membuat pasar saham goyah dan nilai tukar memburuk. Jika terjadi keadaan dimana nilai tukar tidak stabil, maka hal ini akan mengganggu kinerja ekspor impor.

Kebijakan capital control merupakan hal yang sayangnya tidak dilakukan pada masa Soeharto. Hingga akhirnya hal ini membuat Indonesia mengalami krisis 1998.

Pada waktu itu karena Indonesia tidak memberlakukan capital control, maka pihak asing dapat melakukan tindakan spekulatif terhadap perekonomian kita. Spekulasi inilah yang membuat nilai tukar Rupiah terhadap US dolar hingga mencapai 17.000.
Walaupun pada saat itu krisis ini didukung pula oleh kebijakan perbankan (BI) yang tidak ketat dalam menerapkan peraturan.

Kebijakan capital control menguat ketika Rupiah dalam 3 hari mampu turun hingga Rp.300. Disaat yang sama IHSG kita bahkan saat ini mencapai angka 2500an. Padahal akhir bulan lalu masih berada pada angka diatas 2800.

Penurunan IHSG ini disebabkan oeh dua hal, yaitu turunnya Sri Mulyani dari posisi Menteri Keuangan dan Krisis Yunani yang mulai merambah ke Portugal dan Spanyol.

Sebagai contoh dalam pelaksanaan capital control adalah Taiwan melarang investor asing masuk ke rekening deposito. Tujuannya, menghalangi spekulasi atas nilai tukar yang dapat menghambat kinerja ekspor. Negara lain, seperti Brasil, di Oktober 2009 menolak penerimaan pajak dari pembelian saham dan obligasi oleh investor asing. Ini demi menahan apresiasi yang berlebihan di sistem finansial mereka.

Saat ini valuasi pasar saham negara-negara Asia sudah mahal dengan price earning ratio (PER) sudah lebih tinggi dari rata-rata lima tahun, sehingga risiko penurunan makin besar. Terbukti, indeks MSCI, indeks saham-saham utama Asia Pasifik di luar Jepang turun hingga 6% tahun ini, setelah naik hingga 70% di tahun 2009. Imbal hasil obligasi Asia di pasar juga akan tumbuh double digit di 2010. Tapi, risiko anjloknya juga tinggi, seiring makin kuatnya tekanan inflasi di sistem ekonomi.

Cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa capital control tidak memiliki hubungan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini diteliti pada negara-negara berkembang yang sifatnya hampir serupa dengan Indonesia.

Bahkan yang banyak terjadi adalah financial liberalization justru akan membuat pertumbuhan ekonomi suatu negara akan meningkat.

Dukungan bagi adanya capital control pada jangka pendek adalah agar tidak terjadi volatilitas yang besar dan akan membuat kebijakan suku bunga menjadi lebih independen. Untuk mengatasi masalah volatilitas ini Dornbusch menyarankan agar digunakan dua sistem nilai tukar.

Sedangkan pihak yang sebaliknya mengatakan bahwa banyaknya aliran dana yang masuk menandakan bahwa nilai tukar dan tingkat suku bunga berada di luar batas kewajaran. Selain itu, kita tidak dapat membedakan manakah aliran dana yang bersifat sementara dengan jangka panjang. Maka penerapan kontrol terhadap dana masuk jangka pendek dapat membuat dana untuk jangka panjang menjadi keluar.

No comments:

Post a Comment